Persoalan Batas Dua Kelurahan, Nadjmi: Tidak Ada yang Mengalah

BANJARBARU - Kisruh tapal batas di Kecamatan Landasan Ulin antara Kelurahan Guntung Payung versus Kelurahan Syamsuddin Noor disorot Walikota Banjarbaru Nadjmi Adhani.

Sebelum memenangi Pilkada dan memimpin Banjarbaru, ia dulunya bertahun-tahun menjabat sebagai Camat Landasan Ulin. Maka wajar jika Nadjmi paham betul perebutan tapal batas di Desa Tegal Arum tersebut.

Nadjmi ingat ia pernah coba memediasi semua pihak yang bersengketa. "Sudah pernah saya pertemukan. Tapi tidak ada yang mau mengalah," ujarnya kepada Radar Banjarmasin.

Tapal batas sebenarnya sudah disepakati tahun 2004. Waktu itu, Tegal Arum hanyalah lahan rawa. "Lahan basah, kami memasang patok-patok batasnya naik kelotok," kisahnya.

Satu dekade berlalu, masalah muncul setelah kawasan itu dibuka dengan pembangunan Jalan Lingkar Utara. Garis maya yang sudah disepakati menjadi kabur setelah dibelah jalan.

Antar kelurahan dan warga kukuh mempertahankan pendapatnya masing-masing. Nadjmi memperkirakan ada 10 hektare lahan yang diributkan dalam tapal batas tersebut.

Lantas, bagaimana solusinya? Nadjmi menegaskan, pemko sudah menawarkan jalan keluar. Membagi ulang wilayah perbatasan. "Karena solusinya tidak ketemu, akhirnya jadi sengketa di pengadilan," tukasnya.

Mengenai sorotan Komisi I DPRD Banjarbaru, ia mewanti-wanti agar jangan mudah mengobral klaim. "Ini cuma keluhan sekelompok orang, yang mengklaim dan mengatasnamakan satu kampung," pungkasnya.

Diwartakan sebelumnya, masalah menjadi runyam setelah antar kelurahan menerbitkan surat dasar kepemilikan lahan di Tegal Arum. Dampaknya bisa ditebak, terjadi tumpang tindih lahan yang berbuntut ke pengadilan.

Warga meyakini Tegal Arum wilayah Syamsuddin Noor. Menilik proyek-proyek infrastruktur di Tegal Arum yang menggunakan data lokasi Syamsuddin Noor, bukan Guntung Payung. Tarmidi, anggota Komisi I menuntut walikota menertibkan tapal batas tersebut.

Sumber : PROKAL.CO